BANDAPOS | Tari Tarek Pukat adalah tarian tradisional khas pesisir Aceh yang menggambarkan aktivitas nelayan saat menangkap ikan menggunakan jaring (pukat). Tarian ini menekankan semangat kebersamaan dan kerja sama, dengan properti utama berupa tali jaring yang diolah secara dinamis. Iringan musik tradisional seperti rapai dan sarune kale melengkapi tarian, yang sarat makna filosofis tentang kehidupan, kegigihan, dan gotong royong masyarakat Aceh.
Tari Tarek Pukat, yang berarti “menarik pukat,” tercatat dalam Ensiklopedia Musik dan Tari Daerah, Provinsi Daerah Istimewa Aceh (1986) karya Firdaus Burhan sebagai salah satu tarian tradisional Aceh. Tarian ini biasanya dibawakan oleh sekelompok penari wanita berjumlah tujuh orang, dengan beberapa adegan yang melibatkan penari pria. Tarian ini kerap ditampilkan dalam acara penyambutan, adat, dan budaya.
Secara historis, tarian ini terinspirasi dari tradisi nelayan Aceh yang secara bergotong royong melempar dan menarik pukat. Hasil tangkapan ikan kemudian dibagikan kepada warga yang ikut bekerja.
Beberapa gerakan utama dalam tari Tarek Pukat memiliki makna simbolik:
Surak (berteriak): Melambangkan semangat nelayan saat berlayar.
Meulinggang (lenggang Aceh): Menggambarkan keceriaan masyarakat pesisir saat menyiapkan jaring.
Meukayoh (mendayung): Simbol ketekunan dan kegigihan menghadapi ombak.
Peugot Pukat (membuat jaring): Menunjukkan kerja sama dalam aktivitas menangkap ikan.
Tari Tarek Pukat tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Aceh, seperti kerja sama, persatuan, dan ketekunan. Menurut seniman Aceh Imam Juaini, tarian ini merupakan tari kreasi yang mentradisi, lahir dari kehidupan masyarakat pesisir Aceh pada era pembangunan, bukan dari ritual atau legenda. Gerakan-gerakannya merefleksikan kreativitas masyarakat nelayan, seperti merajut tali menjadi pukat, yang juga menyimbolkan kebersamaan.
Tarian ini diiringi musik Seurune Kalee, tabuhan gendrang, dan rapa’i. Biasanya, tujuh hingga sembilan penari wanita menampilkan gerakan duduk dan berdiri yang merepresentasikan proses membuat jaring, sementara penari pria menampilkan gerakan menangkap ikan dan mendayung perahu.
Karakteristik tari Tarek Pukat:
Asal: Aceh, khususnya masyarakat pesisir.
Penari: Umumnya penari wanita, kadang melibatkan penari pria.
Properti: Tali sebagai simbol jaring, topi nelayan, kadang raga ikan.
Musik pengiring: Rapai, sarune kale, dan lagu Tarek Pukat.
Busana: Pakaian adat Aceh seperti baju kurung, kain songket, dan selendang kepala.
Filosofi: Mengandung nilai gotong royong, persatuan, ketekunan, dan estetika kehidupan pesisir.
Tari Tarek Pukat merupakan bagian dari kekayaan kesenian Aceh yang masih lestari dan terus berkembang, menjadi pengingat nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat pesisir. Imam Juaini menegaskan, “Sebuah karya yang memiliki nilai dan makna akan bertahan di masyarakat karena lahir dari pengalaman dan kehidupan masyarakat Aceh.” jelasnya.(Adv)







Komentar