Kasus DBD Tinggi Tahun 2022, Dinkes Aceh: Dapat Diberantas dengan 3M

BANDAPOS.COM : Dinas Kesehatan Aceh mencatat sebanyak 2.079 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di sepanjang tahun 2022. Dari angka tersebut, wilayah dengan kasus tertinggi adalah Banda Aceh sebanyak 366, Pidie 318, Bireuen 299, Aceh Besar 296. Sedangkan di Gayo Lues nihil.

“Sekarang kasus penyakit dengan angka tertinggi itu DBD,” sebut Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Dinas Kesehatan Aceh, Helmi, kepada media ini Selasa (15/2/2023).

Helmi menjelaskan terkait pencegahan dan penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dilakukan melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M.

Kata dia, PSN adalah sebuah gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M Plus. Pertama, menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampungan air lemari es, dan lain-lain.

Kedua, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya. Ketiga, mendaur ulang dengan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah.

“Upaya pencegahan tersebut bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri secara gotong royong,” kata Helmi.

Selanjutnya, dengan adanya gerakan juru pemantau jentik di tiap rumah yang berasal dari anggota keluarga. Dia bertugas untuk memantau ada atau tidaknya jentik nyamuk aedes aegypti.

Menurut Helmi, program itu seharusnya sudah dilakukan agar semua rumah milik warga terpantau mengenai ada tidaknya jentik dimaksud. Sehingga bisa diketahui oleh petugas kesehatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Ia berharap keberadaan jentik nyamuk itu dapat dikendalikan agar tidak ada di lingkungan. Hal ini karena perkembangbiakan nyamuk itu berawal dari jentik.

Di sisi lain, program kegiatan fogging sebetulnya bukan menjadi prioritas. Fogging atau pengasapan adalah tindakan pengasapan dengan bahan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit DBD.

“Yang paling utama adalah pemberantasan sarang nyamuk melalui gotong royong,” ungkap Helmi.

Tindakan fogging biasanya dilakukan karena syarat tertentu diantaranya kasus DBD di lokasi dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Namun fogging bukan menjadi langkah pertama yang harus dilakukan. Apalagi, diketahui dampaknya yang berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat.

Untuk itu, Dinkes Aceh Minta Masyarakat Jaga Lingkungan Cegah Penularan Polio Dinkes Aceh Sebut Imunisasi Lengkap Langkah Awal Atasi Polio Cegah Stunting, Ibu Hamil Diharapkan Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Imunisasi Campak dapat Tingkatkan Imun Tubuh Anak.

Di samping itu, kata Helmi, penanggulangan kasus DBD ini sebenarnya bukan hanya oleh Dinas Kesehatan Aceh, tetapi juga dari lintas sektor lainnya dimulai dari tingkat desa.

Helmi mengatakan DBD rentan terjadi saat curah hujan tinggi. Jentik nyamuk biasanya berkembang biak pada tampungan air hujan. Untuk itu, diimbau kepada masyarakat untuk dapat membersihkannya agar terhindar dari DBD.

Selain itu, malaria kasusnya sudah menurun. Sebagaimana di tahun 2022 malaria 137 kasus, dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 324 kasus.(*)

Komentar