Oleh:
Akbar Eka Prayoga, Edward Nicholas, dan Miftahul Jannah Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
Ketenagakerjaan memainkan peran penting dalam membentuk pertumbuhan ekonomi di
setiap wilayah, tidak terkecuali Aceh melalui lanskap sosio-ekonominya yang unik.
Aceh yang terletak di Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan, terutama setelah bencana gempa bumi dan tsunami di Samudera Hindia tahun 2004. Maka dari itu untuk memahami dampak jangka pendek dan jangka panjang dari ketenagakerjaan terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh diperlukan analisis terhadap berbagai faktor yang saling terkait.
Pasca Tsunami Desember 2004, yang diperparah dengan kerusuhan sipil yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, secara signifikan berkontribusi pada meningkatnya tingkat pengangguran dan kemiskinan di Aceh. Sebagian besar penduduk Aceh masih rentan, dengan rata-rata konsumsi mereka berada sedikit di atas ambang batas kemiskinan.
Akibatnya, bahkan gangguan kecil sekalipun, seperti selesainya upaya rekonstruksi, berpotensi menjerumuskan mereka kembali ke dalam kemiskinan. Selain korban jiwa yang sangat banyak, Tsunami juga melenyapkan prospek pekerjaan jangka panjang bagi banyak orang. Sekitar 80.000 usaha kecil dan menengah (UKM) yang mempekerjakan sekitar 140.000 orang hancur.
Meskipun upaya rekonstruksi telah membuka prospek lapangan kerja baru di beberapa sektor tertentu seperti konstruksi dan transportasi, namun peluang ini sangat terkait dengan ketersediaan dana rekonstruksi dan kemungkinan tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Populasi Provinsi Aceh tampaknya mengalami sedikit pertumbuhan selama tiga tahun,
mencapai 2.443.345 pada tahun 2023. Menurut Badan Pusat Statistik provinsi Aceh tahun 2023 angka pengangguran di Aceh turun.
Kondisi perekonomian yang semakin menguat juga diikuti dengan peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), baik laki-laki maupun perempuan. Adapun sektor lapangan usaha paling banyak menyerap tenaga kerja yakni pertanian, kehutanan dan perikanan sekitar 947 ribu orang. Namun, perubahan jumlah angkatan kerja menunjukkan fluktuasi di berbagai wilayah dan tahun.
Jumlah total individu yang aktif secara ekonomi, yang mencakup individu yang bekerja dan mereka yang mencari pekerjaan (pengangguran), secara umum meningkat dari tahun ke tahun, mencapai 2.604.452 pada tahun 2023. Pada kesenjangan regional terdapat variasi yang signifikan antara kabupaten dan kota dalam hal jumlah penduduk, partisipasi angkatan kerja, dan tingkat pengangguran.
Sebagai contoh, daerah-daerah yang padat penduduknya seperti Banda Aceh dan Langsa menunjukkan dinamika angkatan kerja yang berbeda dengan daerah-daerah yang lebih terpencil seperti Gayo Lues dan Subulussalam.Memahami kesenjangan regional dan tren Angkatan kerja ini sangat penting bagi para pembuat kebijakan untuk merumuskan strategi yang ditargetkan untuk penciptaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi. Mengatasi tantangan pengangguran di wilayah tertentu mungkin memerlukan intervensi khusus yang berfokus pada pengembangan keterampilan, pendidikan, dan promosi investasi.
Secara keseluruhan, data ini menggarisbawahi pentingnya memantau dinamika
angkatan kerja di tingkat daerah untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang tepat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di seluruh Provinsi Aceh Mempromosikan investasi diidentifikasi sebagai sarana untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan sosial di Provinsi Aceh.
Inisiatif investasi tersebut harus selaras dengan sumber daya asli daerah dan sesuai
dengan kerangka kerja sosio-ekonomi masyarakat Aceh, yang mengikuti prinsip-prinsip ekonomi Syariah.
Pendekatan ini, seperti yang diusulkan oleh Cyprianus Anto Saptowalyono, memiliki
potensi untuk meningkatkan tingkat lapangan kerja, mendorong ekspansi ekonomi, dan
mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh, sehingga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan “Tanpa Kemiskinan dan Pengangguran”.
Pada efek jangka pendek, penciptaan lapangan kerja mengurangi tingkat pengangguran
yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan dalam jangka pendek. Hal ini sangat penting di Aceh, di mana tingkat kemiskinan secara historis lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Peningkatan lapangan kerja berarti lebih banyak rumah tangga yang memiliki pendapatan yang berkelanjutan
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Jika kesempatan kerja meningkat di Aceh, hal ini akan memberikan suntikan pendapatan ke dalam ekonomi lokal.
Individu yang bekerja akan
membelanjakan pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa, sehingga merangsang permintaan di berbagai sektor seperti ritel, perhotelan, dan transportasi. pekerjaan yang menguntungkan menawarkan kesempatan kepada individu untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan potensi penghasilan mereka, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia di Aceh, yang menjadi dasar bagipertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Sedangkan pada efek jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh
penciptaan lapangan kerja memungkinkan Aceh untuk berinvestasi pada proyek-proyek
infrastruktur penting. Peningkatan jaringan transportasi, institusi pendidikan, dan fasilitas
kesehatan tidak hanya meningkatkan kualitas hidup penduduk, tetapi juga mendukung ekspansi ekonomi lebih lanjut.
Tenaga kerja yang dipekerjakan dengan baik akan lebih produktif, yang mengarah pada peningkatan output dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Seiring
dengan bertambahnya pengalaman dan keterampilan, mereka menjadi kontributor yang lebih efisien bagi perekonomian, sehingga mendorong peningkatan produktivitas di berbagai sektor.
Sebuah wilayah dengan tenaga kerja yang terampil dan produktif akan menjadi lebih menarik bagi investor domestik dan asing. Fokus Aceh yang berkelanjutan pada penciptaan lapangan kerja dapat menciptakan lingkungan bisnis yang menguntungkan, mendorong investasi di sektor-sektor utama seperti pariwisata, pertanian, dan manufaktur.
Peningkatan kesempatan kerja dapat
memfasilitasi diversifikasi ekonomi Aceh dengan mempromosikan kewirausahaan dan inovasi, wilayah ini dapat mengurangi ketergantungannya pada industri tradisional dan menjajaki jalan baru untuk pertumbuhan, sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap guncangan eksternal.
Lapangan kerja memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang yang besar terhadap efisienuhan ekonomi di Aceh dengan memprioritaskan penciptaan lapangan kerja dan membina lingkungan yang kondusif bagi penciptaan lapangan kerja, Aceh dapat mengeluarkan seluruh potensinya, mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di seluruh wilayah.
Adapun strategi dan metode yang harus dilakukan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang di Provinsi Aceh, yaitu investasi di bidang infrastruktur, pengembangan keterampilan dan pendidikan, promosi pariwisata, diversifikasi kegiatan ekonomi, kemitraan pemerintah-swasta, dan investasi terhadap sumber daya manusia.
Jika semua lini dapat terkoordinir dengan baik, bukan tidak mungkin slogan provinsi Aceh dengan “Pancacita” sebagai lima cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan dapat terealisasi dengan baik serta dapat menurunkan rasio pengangguran yang ada di Aceh.
Komentar