BANDAPOS.COM : Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Aceh merupakan kasus lama yang kini muncul kembali, namun PMK tidak berdampak bagi manusia. Bahkan hewan terkena PMK pun dagingnya masih bisa dikonsumsi, hanya saja perlu penanganan lebih serius agar tidak tertular ke hewan lain.
Kasus PMK pertama muncul di Kabupaten Aceh Tamiang lantas kemudian menjadi bencana nasional, sehingga ditangani secara khusus oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI.
Pernyataan itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Peternakan Aceh Zalsufran, ST.MSi saat ia mengisi materi Fokus Grup Diskusi (FGD); Upaya Dinas Peternakan Aceh dalam Penanggulangan PMK, yang digelar Pusat Studi Pemuda Aceh (PUSDA), di Banda Aceh. Selasa (15/11/2022).
Menindaklanjuti instruksi penjabat (Pj) Gubernur Aceh tentang penanganan PMK, Dinas Peternakan Aceh berkolaborasi dengan berbagai instansi, membentuk satgas khusus, sehingga penanganan kasus PMK dapat tertangani dan terealisasi dengan baik.
“Alhamdulillah, per 3 Oktober 2022 di Aceh zero atau nol kasus PMK, tapi walau pun demikian kita tetap membentuk satgas sebagai upaya pencegahan, kata Zalsufran yang mendapat apresiasi peserta FGD.
Ia menegaskan, Dinas Peternakan Aceh dan Satgas tidak pernah berhenti menjaga kondisi zero kasus PMK, agar Aceh terus bertahan pada nol kasus.
“Tetapi ini tidak mudah, bahkan petugas kesulitan memvaksin hewan, sebab peternakan di Aceh bebas dan menyuntik vaksin pada hewan tidak sama dengan vaksin manusia,” kata Zalsufran
Dikatakannya Pasca nol kasus PMK, hal utama yang harus dilakukan kemudian adalah menghambat dampak sesudahnya.
Lalu bagaimana caranya, tentu satgas tetap melakukan vaksinasi pada hewan yang sehat, karena potensi penularan awalnya via hewan yang sehat.
Pada kesempatan itu, Zalsufran mengapresiasi kerja keras satgas yang membuahkan harapan positif. Soliditas satgas di Aceh sangat luar biasa dan ini menjadi contoh satgas terbaik untuk menyelesiakan kasus PMK di Aceh.
Sementara Ketua Pusat Studi Pemuda Aceh (PUSDA), Heri Safrijal ST MSP mengatakan isu PMK sangat penting menjadi perhatian bagi masyarakat, karena ini berdampak pada ekonomi peternak hewan seperti lembu, kambing, bahkan pengusaha kuliner yang bahan bakunya dari daging.
Sisi lain kata Heri , PUSDA sangat meapresisasi Dinas Peternakan Aceh yang bergerak cepat dan bekerja maksimal untuk menangani PMK hingga saat ini nol kasus.
“Nah, ini kerja nyata dan luar biasa perlu diapresiasi,” tegas Heri Safrijal saat membuka acara sekaligus moderator FGD.
Ia menambahkan, Sinergisitas pemuda dan masyarakat sangat penting agar dinas terkait terus bekerja ekstra menyelesaikan kasus PMK di Aceh dan masyarakat mendapat edukasi mengenai pentingnya vaksin hewan ternak.(*)
Komentar