Warisan Perang yang Menjadi Identitas: Senjata Tradisional Aceh

Pariwara0 views

BANDAPOS | Sejarah panjang peperangan di Indonesia, khususnya di Aceh, melahirkan beragam senjata tradisional yang digunakan dalam perlawanan terhadap penjajah, termasuk Belanda. Salah satu yang paling dikenal adalah rencong. Namun, selain rencong, Aceh memiliki berbagai jenis senjata tradisional lain yang dahulu digunakan dalam peperangan.

Berikut sejumlah senjata tradisional Aceh yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi.

Rencong

Rencong merupakan senjata tradisional Aceh yang paling populer dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya Aceh. Meski kini tidak lagi digunakan untuk berperang, rencong tetap memiliki makna simbolis yang kuat, yakni keberanian dan kegagahan. Senjata ini kerap digunakan dalam berbagai upacara adat, mulai dari pernikahan adat Aceh hingga pertunjukan Tari Seudati.

Rencong memiliki bentuk khas dengan bilah melengkung, umumnya terbuat dari kuningan atau besi putih, sementara sarungnya dibuat dari tanduk kerbau. Rencong terdiri atas empat jenis, yaitu:

Rencong Meupucok

Jenis ini paling sering digunakan dalam acara adat dengan panjang sekitar 30 sentimeter. Gagangnya dihiasi ukiran dari gading, dan pada masa kini juga ada yang menggunakan emas. Pada masa lalu, hiasan gagang hanya terbuat dari gading.

Rencong Meucugek

Rencong ini memiliki gagang berbentuk menyerupai panahan. Istilah meucugek berasal dari bahasa Aceh yang berarti panahan. Bentuk gagang tersebut dinilai memudahkan pegangan dan efektivitas saat menikam lawan.

Rencong Meukuree

Ciri khas rencong ini terletak pada hiasan bilah berbentuk ular, bunga, atau motif lain. Hiasan tersebut menjadi penanda keahlian pandai besi pembuatnya. Masyarakat percaya bahwa rencong ini memiliki kekuatan magis apabila disimpan dalam waktu lama.

Rencong Pudoi

Rencong Pudoi dikenal sebagai rencong yang belum sempurna. Gagangnya lurus dan pendek sehingga kurang nyaman digunakan. Nama pudoi sendiri berarti belum sempurna atau memiliki kekurangan.

Peudeung

Peudeung atau pedang juga merupakan senjata tradisional Aceh yang banyak digunakan pada masa perang. Bentuknya menyerupai pedang pada umumnya, namun memiliki ciri khas Aceh. Terdapat dua jenis bilah, yakni Peudeung On Teubee (berbentuk daun tebu) dan Peudeung On Jok (berbentuk daun nira).

Beberapa jenis peudeung antara lain:

Peudeung Tumpang Jingki

Merupakan peudeung paling besar dan kokoh dengan bilah tebal dan padat, dirancang untuk mengungguli senjata lawan yang lebih ramping.

Peudeung Ulee Tapak Guda

Memiliki gagang menyerupai tapak kuda dan sarung bermotif kompak. Senjata ini ditakuti karena mampu melukai tubuh lawan dengan cepat dan efektif.

Peudeung Ulee Meu Apet

Dirancang dengan bilah yang kuat untuk menusuk dan menebas lawan. Senjata ini banyak digunakan dalam strategi perang gerilya.

Kliwang

Kliwang merupakan senjata berukuran panjang dan besar yang melambangkan kekuatan. Senjata ini terbagi menjadi dua jenis:

Kliwang Tauhaj Gejong

Memiliki panjang sekitar satu meter dengan ujung bilah lebih tebal dibandingkan pangkalnya, sehingga membutuhkan tenaga besar untuk menggunakannya.

Kliwang Lipeuh Ujong

Berukuran sekitar 90 sentimeter dengan bilah yang tipis pada bagian ujung dan pangkal. Keunikannya terletak pada bagian punggung bilah dekat pangkal yang sangat tajam.

Siwah

Siwah memiliki bentuk menyerupai rencong, namun dihiasi ornamen emas yang memberikan kesan mewah. Pada masa lalu, senjata ini hanya digunakan oleh raja atau sultan Aceh dan tidak dimiliki oleh rakyat biasa.

Reuduh

Reuduh merupakan senjata tipis dan ringan, cocok untuk pertarungan jarak dekat. Gagangnya melengkung dengan ukiran estetis yang memudahkan penggunaan saat melukai lawan.

Bambu Runcing

Bambu runcing juga digunakan masyarakat Aceh dalam perjuangan melawan penjajah. Senjata ini mudah dibuat dan cukup mematikan. Hingga kini, bambu runcing masih digunakan dalam acara adat sebagai simbol keberanian.

Pemerhati budaya Aceh, Mustafa Abdullah, mengatakan rencong memiliki ciri khas bilah melengkung dan tajam dengan berbagai jenis, seperti Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi.

“Setiap jenis rencong memiliki keunikan, baik dari bentuk maupun ukiran gagangnya. Bilahnya terbuat dari besi atau baja, sedangkan gagangnya dari kayu, gading, atau tanduk kerbau yang dihiasi ukiran indah,” ujarnya.

Ia menambahkan, rencong tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi juga memiliki makna simbolis mendalam.

“Dalam budaya Aceh, rencong melambangkan keberanian, kehormatan, dan ketangguhan. Dahulu, kepemilikan rencong menjadi simbol kedewasaan, tanggung jawab, dan status sosial seorang pria Aceh,” tuturnya.(Adv)

Komentar