BANDAPOS | Tari Saman adalah tarian tradisional suku Gayo dari Aceh yang terkenal dengan gerakannya yang cepat, harmonis, dan tanpa alat musik. Tarian ini memanfaatkan tepuk tangan, dada, dan paha, serta syair berbahasa Gayo dan Arab sebagai media dakwah dan perayaan adat. Tari Saman telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh sekelompok laki-laki muda yang duduk berbaris rapat, mengenakan kostum hitam bersulam warna-warni, yang melambangkan kebersamaan dan nilai-nilai luhur. Tari Saman berkembang dari kesenian Gayo yang bernama Pok-Pok Ane, yang berarti bertepuk tangan sambil bernyanyi. Syekh Saman kemudian mengembangkan Pok-Pok Ane dengan menambahkan variasi gerakan, termasuk tepukan dada dan paha, sehingga lahirlah variasi seperti Saman Umarah Sara, Saman Menjik, dan lainnya.
Dalam syair Saman, banyak terdapat bahasa Arab dan bahasa Aceh. Sebelum pertunjukan dimulai, biasanya seorang tokoh tua dari masyarakat setempat memberikan sepatah kata, atau disebut keke tar, yang berisi nasehat kepada pemain dan penonton.
Para seniman memandang Tari Saman sebagai seni pertunjukan yang unik, memadukan kekompakan, keharmonisan, nilai dakwah Islam, dan semangat perjuangan melalui gerakan tubuh, tepukan tangan, dan syair tanpa alat musik pengiring. Hal ini menjadikannya media dakwah yang mendalam, simbol persatuan, dan tantangan untuk terus dilestarikan secara kreatif.
Seniman Ananto menyatakan, “Tidak ada tarian lain di dunia yang semuanya bersumber dari tubuh penari sendiri. Tari Saman menyoroti keunikan itu.” Ia menambahkan, “Gerakan yang sinkron, cepat, dan seragam melambangkan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Gayo. Tarian ini juga menyampaikan pesan moral, sopan santun, serta nilai-nilai kehidupan.” Bahkan, pada masa penjajahan Belanda, Tari Saman pernah dilarang karena kekuatannya sebagai media dakwah Islam.
Sejarah Tari Saman
Mengutip buku SAMAN: Kesenian dari Tanah Gayo oleh Rajab Bahry dkk. (2014):
Kata “Saman” pertama kali tercatat dalam kamus Belanda tahun 1907, berdasarkan catatan Marcopolo saat singgah di Kerajaan Pasai. Saat itu, ia melihat pemuda Gayo memukul dada dengan heboh.
Menurut penuturan masyarakat Gayo Lues, kata Saman berasal dari nama seorang ulama bernama Syekh Saman, yang mengembangkan tari Pok-Ane menjadi sarana dakwah Islam.
Formasi tari Saman dilakukan duduk dengan posisi lurus, dipimpin oleh Syekh Saman, dimulai dengan suara lantang dan keras.
Ada pula yang menyebutkan kata Saman berasal dari bahasa Arab yang berarti delapan. Dengan pengaruh Tarekat Sammaniyah, variasi gerak seperti tangan, kepala, dan tepuk paha ditambahkan.
Makna Tari Saman
Tari Saman berfungsi sebagai media pengingat peraturan adat melalui syair yang mengandung nasihat moral. Syairnya menekankan ketaatan anak kepada orang tua, rasa hormat kepada sesama, serta sikap rendah hati dan sopan santun.
Gerakan Tari Saman
Tarian ini mengandalkan gerak tangan, tubuh, dan kepala, dengan kaki tetap di tempat duduk. Pola lantainya hanya satu, yaitu garis lurus horizontal menghadap penonton.
a. Gerakan Tangan
Bertepuk seperti baling-baling horizontal bolak-balik
Kedua tangan berimpit searah
Ujung jari tengah dan ibu jari memetik
b. Gerakan Tubuh
Singkih: miring ke kiri dan kanan
Lingang: duduk melenggang ke kanan, depan, kiri, dan belakang
Tungkuk: membungkuk
Langak: telentang
c. Gerakan Kepala
Angguk: tempo lambat dan cepat bergantian
Girik: kepala berputar seperti baling-baling, berpadu dengan gerak tangan
Gerutup: tepukan menggebu, dada dipukul, tangan dihempaskan ke paha
Guncang/Goncang: tepukan tangan ke dada dengan kualitas gerak tinggi
Surang-saring: pola gerak selang-seling bergantian
Penyajian Tari Saman
Penari Tari Saman harus berkonsentrasi penuh dan memiliki stamina prima. Tata penyajiannya menurut Rajab Bahry dkk.:
Persalaman: Penari mengumandangkan salam untuk memuji Allah SWT, gerakan tangan dan badan lambat, diiringi suara melengking.
Uluni Lagu: Kepala lagu, gerakan tari mengikuti irama, termasuk guncang keras.
Lagu pada Tari Saman: Gerakan tangan menghentak dada, paha, dan tepukan tangan, badan bergerak serentak atau bersilang, dengan tempo cepat dan lambat bergantian.
Uak ni Keumuh: Gerakan selang-seling di tengah lagu untuk mengatur irama.
Lagu Penutup: Kembali ke gerakan awal yang sederhana, diakhiri dengan syair menyampaikan perasaan kepada tamu.(Adv)








Komentar