Kampanye Imunisasi Polio di Pidie, Hingga Saat ini Aceh Menjangkau 85 Persen Anak

BANDAPOS.COM – Aceh telah menyelesaikan dua tahap Sub Pekan Imunisasi Nasional yang  bertujuan untuk menjangkau 1.217.939 anak di bawah usia 13 tahun pada akhir Desember 2022. Upaya imunisasi diluncurkan setelah kejadian luar biasa polio diumumkan di Kabupaten Pidie di barat daya provinsi pada awal November.

Tahap pertama berlangsung pada 28 November hingga 4 Desember dengan menargetkan 91.482 anak di Pidie. Tahap kedua berlangsung pada 5 hingga 11 Desember di enam kabupaten lain yaitu Aceh Besar, Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Pidie Jaya, Bireuen dan Aceh Utara dengan menargetkan 425.240 anak. Fase ketiga dimulai pada 12 Desember di 16 distrik.

Kampanye ini dipimpin oleh Kementerian Kesehatan dengan dukungan dari UNICEF dan WHO yang bekerja sama erat dengan pemerintah provinsi dan kabupaten di Aceh dan para mitra, termasuk Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia Aceh (IDAI). Petugas kesehatan juga melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk menjangkau sebanyak mungkin anak.

Poliomielitis (polio) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan jam. Penularannya melalui mulut, berasal dari air, makanan atau tangan yang terkontaminasi feses yang mengandung virus polio.

WHO menyatakan Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya bebas polio pada tahun 2014. Namun, cakupan imunisasi yang rendah telah memperlambat upaya pemberantasan polio. Cakupan imunisasi yang rendah secara konsisten di kabupaten Aceh dan kondisi lingkungan yang tidak sehat merupakan faktor risiko penularan virus polio.

“Infeksi Polio tidak ada obatnya, sekali anak kita tertular maka kemungkinan mereka tidak akan bertahan hidup, atau jika selamat mereka bisa mengalami kelumpuhan yang akan berdampak besar pada masa depan mereka. Namun, penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi. Kita perlu membawa anak-anak kita ke fasilitas kesehatan terdekat dan memvaksinasi mereka,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. “Dengan memastikan anak-anak kita mendapatkan imunisasi polio lengkap, kita memberi mereka kesempatan untuk tumbuh sehat dan memiliki masa depan yang baik.”

“Akar wabah polio di Aceh adalah penurunan cakupan imunisasi anak ditambah dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai, termasuk buang air besar sembarangan,” kata Perwakilan UNICEF Maniza Zaman. “UNICEF bekerja sepanjang waktu dengan pemerintah dan mitra-mitra kami untuk membantu memastikan tidak ada lagi anak yang meninggal karena polio dan yang terpenting untuk membantu edukasi masyarakat tentang betapa pentingnya kebutuhan akan imunisasi rutin dan sanitasi yang aman untuk mencegah wabah di masa depan.”

“Walaupun kasus polio telah turun hingga 99 persen sejak vaksin polio dikembangkan, penyakit ini masih menyebar di negara maju dan berkembang karena rendahnya cakupan imunisasi rutin,” ujar Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan. “Vaksin untuk mencegah dan mengobati wabah polio telah mendapat persetujuan WHO. Vaksin dinyatakan aman dan efektif. Hingga saat ini, lebih dari 250 juta dosis telah digunakan tanpa efek samping serius yang terkait dengan vaksin. WHO bekerja sama dengan pemerintah untuk secara aktif mencari kasus polio dan memantau keamanan imunisasi polio.”

Menteri Budi memuji kerja sama di Aceh untuk mengatasi tantangan dengan cepat sebagai contoh. “Diperlukan upaya dari setiap sektor untuk memiliki desa dimana anak-anak bisa tumbuh sehat dan perlu upaya dari semua orang untuk menyelamatkan anak-anak kita dari polio serta penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin, dan itu adalah hak anak kita untuk masa depan mereka,” kata Menteri Budi.(*)

Komentar