UyBANDAPOS : Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) terus menggulirkan inisiatif strategis untuk meningkatkan kualitas literasi, melestarikan budaya Islam, dan memperkuat pendidikan di Aceh. Dalam rapat kerja bersama Dinas Perpustakaan dan Arsip Aceh, Rabu (15/1/2024), anggota Komisi VI, Tgk. T. Zulfadli, menekankan pentingnya sinergi antara nilai agama, budaya, dan pendidikan dalam membangun peradaban Aceh.
“Kami ingin memastikan bahwa generasi muda Aceh tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya akan nilai-nilai agama dan budaya yang diwarisi para leluhur,” ujar Zulfadli dalam pertemuan tersebut.
Salah satu langkah yang diusulkan adalah pembangunan perpustakaan mini di dayah dan masjid. Program ini bertujuan menjadikan kedua institusi tersebut sebagai pusat pembelajaran masyarakat.
“Dayah dan masjid harus menjadi episentrum pendidikan dan literasi, tidak hanya untuk kitab kuning tetapi juga untuk literatur umum yang mendukung wawasan global,” tambah Waled Landeng, sapaan akrab Tgk T Zulfadli..
Program ini diyakini mampu meningkatkan literasi agama dan umum di kalangan masyarakat, membiasakan generasi muda untuk mencintai ilmu melalui kebiasaan membaca, dan enghidupkan kembali fungsi masjid sebagai pusat pembelajaran.
Untuk implementasi, Komisi VI mengusulkan pembangunan perpustakaan dengan koleksi buku yang relevan, pelatihan pustakawan lokal, serta integrasi teknologi digital melalui e-library.
Politisi Partai PAS ini menyebutkan bahwa, Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah memiliki ratusan naskah kuno yang tersebar di berbagai belahan dunia. Komisi VI mendorong diplomasi budaya untuk mengembalikan manuskrip-manuskrip tersebut ke tanah kelahirannya.
“Naskah kuno adalah bukti kejayaan intelektual Aceh pada masa lalu. Ini harus menjadi kebanggaan dan pelajaran bagi generasi saat ini,” ungkap Zulfadli, pendiri sekaligus Pimpinan Dayah Keumaral Aziziyah Lhoksukon Aceh Utara ini.
Langkah ini akan melibatkan pemerintah pusat, UNESCO, dan lembaga internasional lainnya. Digitalisasi manuskrip juga menjadi prioritas untuk memperluas akses dan melestarikan dokumen bersejarah tersebut.
Sementara itu, Tgk. H. At Tarmizi atau yang akrab disapa Abu Muda, turut mengusulkan pengadaan kitab Arab dan Arab Jawi guna memperkaya referensi literatur Islam di dayah.
“Kita perlu melengkapi kitab kuning dan literatur Islam lainnya agar pendidikan di dayah terus relevan dengan tantangan zaman,” ujar Abu Muda, anggota DPRA dari Partai PPP Aceh.
Program ini akan melibatkan kerja sama dengan penerbit lokal dan internasional, serta tim khusus untuk seleksi dan distribusi kitab ke seluruh Aceh.
Komisi VI DPRA berharap seluruh program ini dapat memperkuat identitas Aceh sebagai wilayah Islami yang kaya sejarah dan budaya. Sinergi antara pemerintah, ulama, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan implementasi.
“Dengan kolaborasi semua pihak, Aceh akan kembali menjadi pusat peradaban Islam yang diakui dunia,” pungkas Zulfadli.(*)
Komentar