BANDAPOS | Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) melalui Direktorat Film, Musik dan Seni menggelar Festival Gerakan Kebudayaan Indonesia (GAYAIN) Aceh 2025 di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, Senin (24/11/2025). Selain menampilkan kekayaan budaya Aceh, festival ini juga dirangkaikan dengan perayaan Maulid Raya sebagai momentum meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, hadir langsung membuka perhelatan tersebut. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi semangat kolaboratif seluruh pihak yang turut menyukseskan festival.
“Festival ini bukan hanya seremoni, tetapi upaya konkret untuk menghidupkan kembali akar budaya Islam. Semangat gotong royong dari pemerintah, komunitas, perguruan tinggi, sekolah, serta para siswa sebagai generasi penerus adalah kunci terselenggaranya kegiatan ini,” ujar Fadli Zon.
Ia menambahkan, GAYAIN 2025 menegaskan posisi Aceh sebagai titik temu budaya Islam dan keberagaman budaya Nusantara. Menurutnya, unsur Islam yang kuat dalam budaya Aceh—mulai dari Seudati hingga tradisi shalawat—menjadi identitas yang perlu dijaga.
“Kita berharap kekayaan budaya Aceh terus dijaga, dilindungi, dikembangkan, dan dimanfaatkan sehingga menjadi warisan budaya yang berkelanjutan,” katanya.
Fadli Zon juga menilai tradisi Islam memiliki potensi besar dalam mendukung ekosistem budaya nasional. Ia berharap Aceh dapat menjadi pionir pengembangan seni Islami, baik dalam seni pertunjukan, musik, tradisi, maupun seni rupa.
Menutup sambutan, Fadli menekankan pentingnya menciptakan ekosistem berkelanjutan antara budaya dan ekonomi kreatif. “Jika budaya adalah hulunya, maka hilirnya adalah ekonomi kreatif, pariwisata, UMKM, kuliner, dan sektor lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menegaskan bahwa identitas budaya Aceh tidak dapat dipisahkan dari agama, nilai, dan kreativitas.
“Festival GAYAIN 2025 menjadi wadah pelestarian budaya yang menghidupkan kembali tradisi seperti syair, tari, musik etnik, serta berbagai seni lisan warisan leluhur,” ujarnya.
Pembukaan festival ditandai dengan penabuhan rapai oleh Menteri Kebudayaan beserta jajaran. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan penampilan Tari Kolosal hasil kolaborasi program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang melibatkan 400 siswa dari berbagai daerah di Aceh. Acara juga dimeriahkan oleh penampilan grup musik Sukamosa serta pembacaan sajak Cakra Donya oleh Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal.(Adv)






Komentar